12:21 PM
Unknown
Arena Berita Dunia - Indonesia Police Watch (IPW) mengeluarkan pernyataan mengejutkan terkait aksi teror di Solo beberapa waktu lalu. IPW berpendapat, serangkaian aksi di Solo bukanlah dilakukan oleh kelompok teroris.
"Penembakan terhadap polisi di Solo bukan dilakukan teroris yang selama ini disebut-sebut polisi. Sebab, ada hal yang sangat berbeda dan sangat signifikan, yakni, pelaku menembak polisi dengan jarak dekat dengan senjata yang menurut polisi adalah FN. Fakta yang ada selama ini, para teroris selalu menyerang targetnya dengan jarak jauh memakai remot kontrol atau telefon genggam. Kalau pun ada serangan jarak dekat, hanya aksi bom bunuh diri," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane, dalam keterangan tertulisnya kepada Okezone, Selasa, (4/9/2012).
Menurut Neta, pola penyerangan yang dilakukan pihak tertentu terhadap anggota polisi di lapangan perlu dicermati secara jernih, agar petugas di lapisan bawah tidak terus menerus menjadi korban sia-sia.
"Perbedaan ini sangat signifikan. Pertanyaannya, siapa yang berani menembak polisi dari jarak dekat? Tak lain adalah orang-orang terlatih dan orang-orang yang sudah terbiasa berada di lingkungan aparat keamanan. Sebab itu, IPW menilai, antara penembakan polisi di Solo dan penyergapan polisi di Solo adalah dua hal berbeda," jelasnya.
Dia menambahkan, target penembakan terhadap polisi ada dua. Pertama, akumulasi kekesalan terhadap sikap, perilaku, dan kinerja polisi dari orang-orang tertentu. Kedua, memperburuk citra Polri agar terjadi krisis kepercayaan pada Polri.
"Sehingga muncul opini, untuk melindungi dirinya saja Polri tidak mampu, bagaimana pula untuk melindungi masyarakat," bebernya.
Opini ini penting untuk menggolkan RUU Kamnas. Sebab esensi dari keberadaan RUU Kamnas adalah mengebiri dan mengerdilkan peran Polri dalam sistem keamanan di negeri ini. Hal itulah yang harus diantisipasi Polri.
"Sebab itu IPW berharap, Polri jangan terjebak dengan stigma ala Orde Baru yang jika terjadi masalah langsung main tuding PKI dan komunis. Kini stigmanya diubah, jika terjadi masalah langsung main tuding, teroris dan Islam radikal," terangnya. (OZ)
indonesia
forex
motor balap
iklan baris
online produk
broker
otomotif
bisnis online
"Penembakan terhadap polisi di Solo bukan dilakukan teroris yang selama ini disebut-sebut polisi. Sebab, ada hal yang sangat berbeda dan sangat signifikan, yakni, pelaku menembak polisi dengan jarak dekat dengan senjata yang menurut polisi adalah FN. Fakta yang ada selama ini, para teroris selalu menyerang targetnya dengan jarak jauh memakai remot kontrol atau telefon genggam. Kalau pun ada serangan jarak dekat, hanya aksi bom bunuh diri," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane, dalam keterangan tertulisnya kepada Okezone, Selasa, (4/9/2012).
Menurut Neta, pola penyerangan yang dilakukan pihak tertentu terhadap anggota polisi di lapangan perlu dicermati secara jernih, agar petugas di lapisan bawah tidak terus menerus menjadi korban sia-sia.
"Perbedaan ini sangat signifikan. Pertanyaannya, siapa yang berani menembak polisi dari jarak dekat? Tak lain adalah orang-orang terlatih dan orang-orang yang sudah terbiasa berada di lingkungan aparat keamanan. Sebab itu, IPW menilai, antara penembakan polisi di Solo dan penyergapan polisi di Solo adalah dua hal berbeda," jelasnya.
Dia menambahkan, target penembakan terhadap polisi ada dua. Pertama, akumulasi kekesalan terhadap sikap, perilaku, dan kinerja polisi dari orang-orang tertentu. Kedua, memperburuk citra Polri agar terjadi krisis kepercayaan pada Polri.
"Sehingga muncul opini, untuk melindungi dirinya saja Polri tidak mampu, bagaimana pula untuk melindungi masyarakat," bebernya.
Opini ini penting untuk menggolkan RUU Kamnas. Sebab esensi dari keberadaan RUU Kamnas adalah mengebiri dan mengerdilkan peran Polri dalam sistem keamanan di negeri ini. Hal itulah yang harus diantisipasi Polri.
"Sebab itu IPW berharap, Polri jangan terjebak dengan stigma ala Orde Baru yang jika terjadi masalah langsung main tuding PKI dan komunis. Kini stigmanya diubah, jika terjadi masalah langsung main tuding, teroris dan Islam radikal," terangnya. (OZ)
0 comments:
Post a Comment