12:03 PM
Unknown
Arena Berita Dunia - Bos besar Chelsea Roman Abramovich kembali menunjukkan tabiatnya sebagai seorang yang pantas dijuluki ‘si tangan besi’. Hal ini tak lepas keputusannya mendepak posisi Andre Villas Boas (AVB) sebagai pelatih Chelsea.
Minggu, 4 Maret 2012 menjadi akhir perjalanan karier Andre Villas Boas di Stamford Bridge. Kekalahan 0-1 yang diderita The Blues dari tim medioker West Bromwich Albion menjadi klimaks kesabaran Abramovich. Ini merupakan kekalahan ketujuh The Blues di Premier League.
Taipan minyak asal Rusia yang berambisi menciptakan ‘tim super’ dalam waktu instant ini pun akhirnya melengserkan AVB dari jabatannya. AVB menjadi pelatih kedelapan yang merasakan ‘tangan besi’ Abramovich yang menguasai Chelsea sejak tahun 2000.
Tercatat, hanya dalam kurun waktu delapan bulan pelatih asal Portugal itu mendapat kesempatan untuk unjuk kebolehan. Sayang, inkonsistensi penampilan yang ditampilkan pelatih 34 tahun ini tak cukup memuaskan sang bos besar.
Sejak ditunjuk menggantikan Carlo Ancelotti pada 22 Juni 2011 lalu, AVB diprediksi banyak kalangan tidak akan bertahan lama di Stamford Bridge. Selain karena faktor usianya yang masih sangat muda untuk ukuran seorang pelatih, AVB juga dinilai belum punya cukup pengalaman untuk menukangi tim sekelas The Blues yang punya ambisi besar.
Abramovich dituding telah ‘berjudi’ karena mempercayakan nasib timnya di tangan pelatih yang belum membuktikan kapasitasnya. Apalagi, AVB direkrut dengan mahar cukup tinggi (15 juta euro) dengan klausul pelepasan kontrak yang cukup mahal 13.3 juta pounds. Tudingan melakukan ‘blunder’ pun kerap ditujukan kepada Abramovich.
Dan prediksi banyak kalangan itu pun terbukti benar. AVB yang datang dengan modal ‘treble winners’ di Porto justru melempem di Chelsea. Ketatnya persaingan di Premier League dan padatnya jadwal membuat AVB tidak mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya.
Sejak datang, AVB tercatat sudah memimpin 40 laga The Blues. Hasilnya, dia hanya mampu menghadirkan 19 kemenangan, 11 imbang dan 10 kali kalah. Secara keseluruhan, AVB hanya mencatatkan rasio kemenangan sebesar 47,50 persen, atau yang terburuk dari tujuh pelatih sebelumnya.
Hasil ini praktis membuat Chelsea terancam gagal meraih satu pun gelar di musim ini. Di kancah Premier League, Chelsea saat ini masih tercecer di urutan lima dengan 46 poin atau selisih 20 poin dari Manchester City di puncak klasemen.
Dengan demikian, maka peluang Chelsea untuk jadi juara hampir bisa dipastikan pupus. Kini, target realistis yang bisa dikejar The Blues adalah mengamankan tikat Liga Champions (menempati posisi empat besar di akhir musim).
Di kancah Liga Champions, Chelsea juga harus dihadapkan pada situasi sulit. Kekalahan 1-3 dari Napoli pada leg pertama babak 16 besar di San Paolo, memaksa Chelsea harus mampu meraih kemenangan 2-0 atau dengan selisih tiga gol untuk melaju ke perempat final.
Sementara di ajang terakhir, FA Cup, Chelsea harus melakoni laga ulang kontra Birmingham City pada putaran kelima (16 besar), menyusul hasil imbang 1-1 di Stamford Bridge (18/2) lalu.
Grafik naik-turun Chelsea bersama AVB diyakini banyak kalangan karena ketidakmampuan AVB dalam meracik tim dan memimpin pasukannya. Sudah menjadi rahasia umum, bila AVB sempat terlibat ketegangan dengan sejumlah pemain senior Chelsea, karena menilai racikan strategi AVB terlalu kaku.
Frank Lampard menjadi salah satu pemain yang dikabarkan tidak suka dengan gaya kepelatihan AVB yang dinilainya membuat para pemain bermain seperti robot. Namun, bukannya mengubah strategi, AVB justru menghukum Lampard dengan sering menempatkannya di bangku cadangan. Padahal, faktanya Lampard merupakan pemain paling subur di Chelsea dengan 10 gol.
Beragam masalah inilah yang akhirnya menggiring Abramovich untuk mendepak AVB. Kini, Chelsea menunjuk asisten pelatih Roberto Di Matteo sebagai caretaker atau pelatih sementara hingga klub menemukan pelatih tetap.
Di Matteo, yang notabene mantan pilar Chelsea pada periode 1996-2002 bakal melakoni tugas pertamanya menahkodai John Terry dkk pada laga replay putaran kelima FA Cup melawan Birmingham City, Rabu (7/3/2012) dini hari nanti. Mampukah pria 41 tahun ini memuaskan keinginan ‘Si Tangan Besi’ Abramovich..?
Berikut 8 pelatih Chelsea di Era Abramovich:
Claudio Ranieri (18 September 2000 – 31 Mei 2004)
Jose Mourinho (2 Juni 2004 – 20 September 2007)
Avram Grant (21 September – 24 Mei 2008)
Luiz Felipe Scolari (1 Juli 2008 – 9 Februari 2009)
Ray Wilkins (9 Februari 2009 – 15 Februari 2009)
Guus Hiddink (16 Februari 2009 – 31 Mei 2009)
Carlo Ancelotti (1 Juli 2009 – 22 Mei 2011)
Andre Villas Boas (22 Juni 2011 – 4 Maret 2012)
sumber:http://bola.okezone.com/read/2012/03/05/418/587112/avb-korban-tangan-besi-abramovich
Minggu, 4 Maret 2012 menjadi akhir perjalanan karier Andre Villas Boas di Stamford Bridge. Kekalahan 0-1 yang diderita The Blues dari tim medioker West Bromwich Albion menjadi klimaks kesabaran Abramovich. Ini merupakan kekalahan ketujuh The Blues di Premier League.
Taipan minyak asal Rusia yang berambisi menciptakan ‘tim super’ dalam waktu instant ini pun akhirnya melengserkan AVB dari jabatannya. AVB menjadi pelatih kedelapan yang merasakan ‘tangan besi’ Abramovich yang menguasai Chelsea sejak tahun 2000.
Tercatat, hanya dalam kurun waktu delapan bulan pelatih asal Portugal itu mendapat kesempatan untuk unjuk kebolehan. Sayang, inkonsistensi penampilan yang ditampilkan pelatih 34 tahun ini tak cukup memuaskan sang bos besar.
Sejak ditunjuk menggantikan Carlo Ancelotti pada 22 Juni 2011 lalu, AVB diprediksi banyak kalangan tidak akan bertahan lama di Stamford Bridge. Selain karena faktor usianya yang masih sangat muda untuk ukuran seorang pelatih, AVB juga dinilai belum punya cukup pengalaman untuk menukangi tim sekelas The Blues yang punya ambisi besar.
Abramovich dituding telah ‘berjudi’ karena mempercayakan nasib timnya di tangan pelatih yang belum membuktikan kapasitasnya. Apalagi, AVB direkrut dengan mahar cukup tinggi (15 juta euro) dengan klausul pelepasan kontrak yang cukup mahal 13.3 juta pounds. Tudingan melakukan ‘blunder’ pun kerap ditujukan kepada Abramovich.
Dan prediksi banyak kalangan itu pun terbukti benar. AVB yang datang dengan modal ‘treble winners’ di Porto justru melempem di Chelsea. Ketatnya persaingan di Premier League dan padatnya jadwal membuat AVB tidak mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya.
Sejak datang, AVB tercatat sudah memimpin 40 laga The Blues. Hasilnya, dia hanya mampu menghadirkan 19 kemenangan, 11 imbang dan 10 kali kalah. Secara keseluruhan, AVB hanya mencatatkan rasio kemenangan sebesar 47,50 persen, atau yang terburuk dari tujuh pelatih sebelumnya.
Hasil ini praktis membuat Chelsea terancam gagal meraih satu pun gelar di musim ini. Di kancah Premier League, Chelsea saat ini masih tercecer di urutan lima dengan 46 poin atau selisih 20 poin dari Manchester City di puncak klasemen.
Dengan demikian, maka peluang Chelsea untuk jadi juara hampir bisa dipastikan pupus. Kini, target realistis yang bisa dikejar The Blues adalah mengamankan tikat Liga Champions (menempati posisi empat besar di akhir musim).
Di kancah Liga Champions, Chelsea juga harus dihadapkan pada situasi sulit. Kekalahan 1-3 dari Napoli pada leg pertama babak 16 besar di San Paolo, memaksa Chelsea harus mampu meraih kemenangan 2-0 atau dengan selisih tiga gol untuk melaju ke perempat final.
Sementara di ajang terakhir, FA Cup, Chelsea harus melakoni laga ulang kontra Birmingham City pada putaran kelima (16 besar), menyusul hasil imbang 1-1 di Stamford Bridge (18/2) lalu.
Grafik naik-turun Chelsea bersama AVB diyakini banyak kalangan karena ketidakmampuan AVB dalam meracik tim dan memimpin pasukannya. Sudah menjadi rahasia umum, bila AVB sempat terlibat ketegangan dengan sejumlah pemain senior Chelsea, karena menilai racikan strategi AVB terlalu kaku.
Frank Lampard menjadi salah satu pemain yang dikabarkan tidak suka dengan gaya kepelatihan AVB yang dinilainya membuat para pemain bermain seperti robot. Namun, bukannya mengubah strategi, AVB justru menghukum Lampard dengan sering menempatkannya di bangku cadangan. Padahal, faktanya Lampard merupakan pemain paling subur di Chelsea dengan 10 gol.
Beragam masalah inilah yang akhirnya menggiring Abramovich untuk mendepak AVB. Kini, Chelsea menunjuk asisten pelatih Roberto Di Matteo sebagai caretaker atau pelatih sementara hingga klub menemukan pelatih tetap.
Di Matteo, yang notabene mantan pilar Chelsea pada periode 1996-2002 bakal melakoni tugas pertamanya menahkodai John Terry dkk pada laga replay putaran kelima FA Cup melawan Birmingham City, Rabu (7/3/2012) dini hari nanti. Mampukah pria 41 tahun ini memuaskan keinginan ‘Si Tangan Besi’ Abramovich..?
Berikut 8 pelatih Chelsea di Era Abramovich:
Claudio Ranieri (18 September 2000 – 31 Mei 2004)
Jose Mourinho (2 Juni 2004 – 20 September 2007)
Avram Grant (21 September – 24 Mei 2008)
Luiz Felipe Scolari (1 Juli 2008 – 9 Februari 2009)
Ray Wilkins (9 Februari 2009 – 15 Februari 2009)
Guus Hiddink (16 Februari 2009 – 31 Mei 2009)
Carlo Ancelotti (1 Juli 2009 – 22 Mei 2011)
Andre Villas Boas (22 Juni 2011 – 4 Maret 2012)
sumber:http://bola.okezone.com/read/2012/03/05/418/587112/avb-korban-tangan-besi-abramovich
0 comments:
Post a Comment