11:06 AM
Unknown
Arena Berita Dunia - Anggota Komisi III DPR, Eva Kusuma Sundari, menyesalkan beredarnya foto-foto tidak senonoh dari Novi Amelia yang diambil selama dia dalam tahanan kepolisian (RS Polri).
Beredarnya foto-foto tersebut mengindikasikan bahwa pengawasan terhadap Novi sangat lemah. Bahkan ada kemungkinan jika foto tersebut diambil oleh pihak aparat sendiri.
"Bahkan sangat mungkin foto tersebut diambil sendiri oleh para aparat kepolisian mengingat mereka lah yang punya akses langsung terhadap tahanan tersebut," kata Eva melalui rilisnya kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (16/10/2012).
Sebagai lembaga utama penjaga HAM rakyat, sambung Eva, maka sangat aneh jika dalam pengamanan tahanan perempuan di lingkungan tahanan Polri, justru mengalami pelecehan seksual.
"Polisi nyata tidak mengintegrasikan perspektif HAM perempuan dalam menjalankan tupoksinya. Sepatutnya Polri paham bahwa sebagai manusia, perempuan berhak dilindungi dari pelecehan dan dijaga martabatnya oleh para penyidik Polri," sambungnya.
Yang lebih memprihatinkan, kata Eva, Novi Amalia belum sepenuhnya sadar dari pengaruh obat-obatan sehingga berhak perlindungan berlapis termasuk dijaga kehormatannya mengingat Novi tidak mampu menjaganya sendiri.
"Saya menuntut Polri melakukan penyidikan atas pelaku pengambilan foto (dan mengedarkannya) karena hal tersebut sudah tergolong cyber crime . Pelaku dan perilaku pembiaran harus diproses lembaga etik Polri dan diproses hukum," tegasnya.
Oleh sebab itu, Eva menuntut agar Unit narkoba bersama Polsek Tamansari mengatur agar Novi diawasi oleh para Polwan demi memastikan tidak ada pelecehan selama Novi jadi tahanan Polri.
"Kasus pelecehan ini harusnya membuka mata Kapolri betapa isu diskriminasi gender merupakan problem serius di tubuh Polri. Sepatutnya Kapolri segera menandatangani PerKap Kesetaraan gender yang sudah diabaikan Kapolri/wakapolri untuk dilegalisasi," tandasnya. (OZ)
indonesia
forex
motor balap
iklan baris
online produk
broker
otomotif
bisnis online
Beredarnya foto-foto tersebut mengindikasikan bahwa pengawasan terhadap Novi sangat lemah. Bahkan ada kemungkinan jika foto tersebut diambil oleh pihak aparat sendiri.
"Bahkan sangat mungkin foto tersebut diambil sendiri oleh para aparat kepolisian mengingat mereka lah yang punya akses langsung terhadap tahanan tersebut," kata Eva melalui rilisnya kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (16/10/2012).
Sebagai lembaga utama penjaga HAM rakyat, sambung Eva, maka sangat aneh jika dalam pengamanan tahanan perempuan di lingkungan tahanan Polri, justru mengalami pelecehan seksual.
"Polisi nyata tidak mengintegrasikan perspektif HAM perempuan dalam menjalankan tupoksinya. Sepatutnya Polri paham bahwa sebagai manusia, perempuan berhak dilindungi dari pelecehan dan dijaga martabatnya oleh para penyidik Polri," sambungnya.
Yang lebih memprihatinkan, kata Eva, Novi Amalia belum sepenuhnya sadar dari pengaruh obat-obatan sehingga berhak perlindungan berlapis termasuk dijaga kehormatannya mengingat Novi tidak mampu menjaganya sendiri.
"Saya menuntut Polri melakukan penyidikan atas pelaku pengambilan foto (dan mengedarkannya) karena hal tersebut sudah tergolong cyber crime . Pelaku dan perilaku pembiaran harus diproses lembaga etik Polri dan diproses hukum," tegasnya.
Oleh sebab itu, Eva menuntut agar Unit narkoba bersama Polsek Tamansari mengatur agar Novi diawasi oleh para Polwan demi memastikan tidak ada pelecehan selama Novi jadi tahanan Polri.
"Kasus pelecehan ini harusnya membuka mata Kapolri betapa isu diskriminasi gender merupakan problem serius di tubuh Polri. Sepatutnya Kapolri segera menandatangani PerKap Kesetaraan gender yang sudah diabaikan Kapolri/wakapolri untuk dilegalisasi," tandasnya. (OZ)
0 comments:
Post a Comment