12:20 PM
Unknown
Arena Berita Dunia - Sejumlah laporan media AS menyebutkan calon pembom
bunuh diri dalam rencana serangan 'bom pakaian dalam' yang berhasil
digagalkan ternyata adalah seorang agen ganda.
Tetapi calon pembom bunuh diri tersebut ternyata adalah seorang agen intelejen Arab Saudi yang dikirim ke Yaman untuk menyusup sel teroris al-Qaeda.
Menyamar sebagai pembom bunuh diri, agen tersebut kemudian menyerahkan perlengkapan 'bom pakaian dalam' ke CIA dan pejabat Saudi.
Setelah dianalisa FBI, diketahui bahwa bom itu tidak mengandung logam dan didesain untuk lolos dari deteksi keamanan bandara.
Alat tersebut memiliki kemiripan dengan bom yang dijahit di pakaian dalam yang dipakai Umar Farouk Abdulmutallab pada Hari Natal 2009. Dia ditangkap ketika bom gagal meledak saat dalam penerbangan ke Detroit.
"Rencana itu sendiri mengindikasikan bahwa para teroris masih terus mencoba... untuk merancang cara yang lebih jahat dan mengerikan untuk membunuh orang tak bersalah,'' kata Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton saat berkunjung ke India.
Pelatihan militer
Peter King, kepada CNN mengatakan bahwa dia mendapatkan informasi dari gedung Putih ''mereka terkait, mereka bagian operasi yang sama''.
Quso sebelumnya dianggap sebagai perencana serangan 'bom pakaian dalam' yang gagal di tahun 2009.
AS menawarkan hadiah US$5 juta atau sekitar Rp45 miliar untuk informasi yang bisa menangkap atau menewaskan Quso.
Sementara itu juru bicara Pentagon Kapten John Kirby kepada wartawan mengatakan AS ''mulai mengirim sejumlah pelatih militer ke Yaman''.
"Kami bekerja sama dengan pemerintahan dan militer Yaman untuk membantu mereka mengatasi ancaman al-Qaeda yang meningkat di Yaman,'' katanya.
Tetapi Kirby tidak menyebutkan berapa jumlah pelatih militer yang terlibat atau tempat lokasi pelatihan.
Program pelatihan militer Washington di Yaman sempat dihentikan tahun 2011 setelah Presiden Ali Abdullah Saleh terluka parah dalam sebuah serangan roket.
Presiden Saleh kemudian menyerahkan kekuasaan ke wakilnya, Abed Rabbo Mansour Hadi bulan Februari silam setelah selama setahun menghadapi tuntutan massa pro demokrasi dan serangan terbuka diantara kelompok bersaing.
sumber
0 comments:
Post a Comment